Selasa, 08 Desember 2009

Mutu Guru di Indonesia Masih Terbilang Rendah Pemerintah Harus Fokus pada Peningkatan Kompetensinya

BANDUNG, (PR).-
Meski menduduki peringkat keempat dunia dari sisi jumlah guru dan sekolah, tetapi Indonesia belum bisa bersaing dari sisi kualitas pendidikan. Penyebab utama hal tersebut adalah masih rendahnya mutu guru.

Demikian diungkapkan pemimpin Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang Salahuddin Wahid seusai silaturahmi di Universitas Nasional Pasim Bandung, Senin (7/12). "Jangankan bersaing di tingkat dunia, di tingkat Asia Tenggara, seperti dengan Malaysia dan Thailand saja masih belum bisa," katanya.

Dengan jumlah guru mencapai 2,8 juta secara nasional, Indonesia berada di bawah Amerika Serikat yang menduduki posisi ketiga. Sementara urutan pertama dan kedua ditempati Cina dan India. Namun, dari hasil pemeringkatan dunia yang dia kutip, bidang matematika misalnya dengan skor 400-625, rata-rata kemampuan matematika sumber daya manusia (SDM) di Singapura mencapai sekitar 600, Malaysia 550, dan Indonesia 400.

"Kompetensi guru kita masih rendah. Seharusnya pemerintah fokus kepada peningkatan kesejahteraan dan kompetensi mereka," kata Dewan Penasihat Universitas Nasional Pasim Bandung itu.

Dia menambahkan, program sertifikasi yang dijalankan pemerintah belum bisa menjamin peningkatan kesejahteraan guru. Hal itu karena secara jumlah, program tersebut baru mencakup ratusan ribu dari jutaan jumlah guru.

"Seharusnya pelatihan pun terus diberikan kepada guru untuk meningkatkan kompetensi mereka," katanya. Hal tersebut, kata dia, sebenarnya dapat dilakukan, mengingat secara anggaran pendidikan di Indonesia sudah cukup tinggi. "Yang penting dari anggaran tersebut adalah efektivitas dan efisiensinya," ujarnya.

Dia menilai, efektivitas dan efisiensi anggaran tersebut masih tergolong rendah. "Masih banyak terjadi kebocoran dan program seharusnya tepat sasaran," katanya. Hal tersebut, menurut dia, bisa dikatakan sebagai indikator bahwa pendidikan belum menjadi prioritas pemerintah.

Terkait dengan UN, menurut dia, sebaiknya pemerintah menundanya lima hingga enam tahun dengan perbaikan kualitas guru. "Kalau tidak ada perbaikan dan UN tetap dilaksanakan, yang terjadi ya seperti selama ini, banyak kecurangan. Karena kalau kualitas sekolah menurun, kan tidak akan dapat murid. Itu memang lingkaran setan," katanya.

Sementara itu, Guru Besar Sejarah dan Kurikulum Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung Said Hamid Hasan menekankan pentingnya peningkatan kompetensi guru oleh pemerintah. "Setiap tahun mereka seharusnya mendapatkan pelatihan, baik dari segi materi maupun metode pembelajaran. Itu harus rutin, bukan projek," ujarnya. (A-167)***

sumber:
http://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=114711

Tidak ada komentar:

Posting Komentar